Sabtu, 31 Mei 2014

Jelang Pemilihan Presiden 2014

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Kurang dari 2 bulan lagi Indonesia akan melaksanakan pemilihan presiden untuk masa jabatan 2014-2019. Berbagai persiapan juga sudah dilakukan pemerintah agar pilpres 9 Juli mendatang berjalan aman dan tertib. Pihak polisi pun sudah bersiap menghadapi kejadian yang tidak diinginkan terjadi dengan melakukan simulasi demonstrasi atas penolakan hasil pilpres.

Seperti yang kita ketahui, ada 2 kandidat capres dan cawapres yang akan maju pada pilpres mendatang. Yang pertama adalah bapak Joko Widodo sebagai capres dan bapak Jusuf Kalla sebagai cawapresnya. Pak Joko Widodo atau biasa dipanggil Jokowi diusung oleh PDIP dan pak Jusuf Kalla alias JK berasal dari Partai Golkar. Pasangan capres dan cawapres kedua adalah bapak Prabowo Subianto dan bapak Hatta Rajasa. Pak Prabowo seperti yang kita tau merupakan ketua dari Partai Gerindra, sedangkan pak Hatta adalah ketua umum DPP PAN.

Jelang pendeklarasian capres dan cawapres, banyak terjadi perpecahan dalam elit partai politik. Pasangan Jokowi-JK didukung oleh PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP dan PBB. Beberapa perpecahan terjadi dalam PKB, PAN dan Golkar. Pak JK adalah anggota Partai Golkar, namun Partai Golkar malah mendukung pasangan Prabowo-Hatta.

Pemilihan presiden kali ini juga mempertemukan 2 ormas Islam besar di Indonesia, yaitu Nahdatul Ulama(NU) yang merupakan basis PKB, dan Muhammadiyah yang merupakan basis dari PAN. Suara dari ormas bisa jadi faktor yang sangat menentukan dalam pilpres kali ini.

Selain itu, faktor media televisi juga sangat berpengaruh. Karena dari situ kampanye sangat efektif. Pasangan Jokowi-JK didukung oleh Metro TV-nya pak Surya Paloh. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh RCTI, MNC TV dan Global TV-nya pak Hary Tanoe serta TV One dan ANTV-nya ketua umum Partai Golkar, pak Aburizal Bakrie.

Sayangnya menjelang perpindahan kekuasaan seperti sekarang ini, banyak beredar kampanye hitam alias black campaign. Isinya apalagi kalau bukan menjatuhkan lawan. Padahal belum tentu isi berita yang disebarkan benar, bisa jadi itu hanya dugaan bahkan fitnah. Banyak beredar berita bahwa pak Prabowo terlibat dalam kerusuhan Mei 1998. Juga berita bahwa pak Jokowi hanya boneka yang dikendalikan Bu Megawati. Semua berita tersebut belum terbukti benar jadi kita tidak boleh meng'iya'kan berita itu. Terlebih mendekati perpindahan kekuasaan seperti sekarang, sulit untuk mendapat berita yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.

Saya pribadi sangat menyayangkan keputusan pak Jokowi untuk maju ke pilpres tahun ini. Bukan karena beliau adalah boneka atau semacamnya, saya percaya bahwa beliau adalah orang baik. Akan tetapi karena beliau belum menyelesaikan amanah di Jakarta. Saya rasa jika pak Jokowi menyelesaikan amanahnya dan kemudian maju ke pilpres 2019 mungkin akan terpilih. Saya bicara begini bukan berarti saya mendiskreditkan pak Jokowi dan mempromosikan pak Prabowo, bukan. Saya hanya ingin pak Jokowi untuk tidak terburu-buru.

Sebagai orang yang terdidik, sudah sepatutnya kita untuk berpikir sebelum mengambil keputusan dalam pilpres kali ini. Jangan mudah terpengaruh oleh kampanye hitam yang dibroadcast melalui media-media. Jangan juga mudah terpengaruh oleh pencitraan-pencitraan yang hanya kepura-puraan. Apapun pilihan masing-masing orang, kita harus menghormatinya, jangan menjadikan perbedaan tersebut membuat kita jauh dengan orang yang berbeda pilihannya dengan kita. Baik jika dia memilih pasangan Jokowi-JK, pasangan Prabowo-Hatta bahkan golput sekalipun, karena banyak saudara kita yang enggan mengikuti pesta demokrasi karena alasan yang syar'i dari pemahaman agamanya.

Wassalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap gunakan kata-kata yg sopan dalam berkomentar